Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat, apabila merasa khawatir dari gangguan serta kejahatan musuh, maka diperintahkan untuk senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla dengan doa yang disebutkan dalam hadits di bawah ini :
ان النبي صلى الله عليه و سلم كان اذا خاف قوما قال : اللهم انا نجعلك فى نحورهم و نعوذبك من شرورهم
“Sesungguhnya Nabi SAW apabila khawatir terhadap suatu kaum, beliau berdoa : Allahumma innaa naj’aluka fii nuhuurihim wa na’uudzu bika min syuruurihim. Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau di leher-leher mereka (agar kekuatan mereka tidak berdaya dalam berhadapan dengan kami) dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan-kejelekan/kejahatan-kejahatan mereka” (HR Abu Dawud).
Mungkin timbul pertanyaan : “Apakah benar Rasulullah Saw merasa takut kepada suatu kaum yang merupakan musuh Allah?. Padahal beliau akan selalu dikuatkan dan ditolong oleh Allah Azza wa Jalla dalam menghadapi musuh-musuh Allah.
Imam Badruddin Al-Aini salah seorang ulama dari Madzhab Imam Hanafi, memberi syarah (penjelasan) atas hadits tersebut, bahwa takut merupakan tabiat manusia yang ada pada diri Rasulullah SAW, yang tentunya beliau tidak lari ke belakang dalam menghadapi rintangan. Atau bisa jadi ketakutan beliau adalah ketakutan akan keadaan sahabat-sahabat beliau, atau makna yang terakhir adalah bahwa ini merupakan pengajaran Nabi Saw kepada umat beliau, bila menghadapi keadaan tidak aman dari suatu kaum, maka berdoalah kepada Allah dengan doa ini.
Dalam masalah rasa takut (khauf) memang ada rasa rakut yang bersifat positif dan ada pula rasa takut yang bersifat negatif.
Adapun rasa takut yang bersifat positif terutama adalah rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adzab-Nya, bahkan rasa takut ini hukumnya wajib bagi setiap mukmin :
فلا تخشوهم و اخشوني و لاتم نعمتي عليكم و لعلكم تهتدون
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Aku sempurnakan ni’mat-Ku atas kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk” (QS Al-Baqarah : 150).
فلا تخشوا الناس و اخشون ولا تشتروا باياتي ثمنا قليلا
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit” (QS Al Maaidah : 44).
و تخشى الناس و الله احق ان تخشاه
“Dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti” (QS Al-Ahzaab : 37).
و اما من خاف مقام ربه و نهى النفس عن الهوى فان الجنة هي الماوى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya kelak)” (QS An-Naazi’aat : 40 – 41).
Rasa takut kepada Allah dan adzab-Nya, rasa takut mengabaikan perintah-perintah-Nya serta rasa takut terlanggar larangan-larangan-Nya merupakan rasa takut yang wajib ada pada diri setiap pribadi mu’min dan harus terus menerus dipupuk rasa takut ini untuk meraih kesempurnaan iman. Inilah rasa takut yang terpuji di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.
Pada bagian awal telah dikemukakan, bahwa di samping rasa takut yang bersifat positif ada pula rasa takut yang bersikap negatif. Untuk rasa takut yang bersifat negatif ini ada bersifat wajar dan ada bersifat tidak wajar.
Dalam masalah ini harus dipahami peringatan Allah Azza wa Jalla :
و لنبلونكم بشيء من الخوف و الجوع و نقص من الاموال و الانفس و الثمرات و بشر الصابرين
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah : 155).
Rasa takut pada dasarnya merupakan suatu naluri yang memperingatkan dalam diri seseorang akan suatu mudharat yang akan dihadapi oleh dirinya. Rasa takut ini ibarat lampu merah di persimpangan jalan, sebagai sikap hati-hati akan bahaya (mudharat) yang mengintai kehidupan manusia. Seperti seorang pejalan kaki yang akan menyeberang jalan di tengah keramaian hilir mudik kendaraan yang melintas, tentu akan timbul rasa takut mengalami kecelakaan saat menyeberang jalan.
Rasa takut yang timbul di dalam dirinya sebagai peringatan, supaya dia harus berhati-hati ketika menyeberang jalan. Inilah rasa takut negatif yang bersifat wajar. Makanya diperlukan kesabaran untuk mengatasi rasa takut yang demikian, supaya mudharat itu tidak menimpa dirinya.
Berbeda halnya dengan rasa takut yang tidak wajar, sebagaimana dikemukakan oleh Allah Azza wa Jalla :
الشيطان يعدكم الفقر و يامركم بالفحشاء و الله يعدكم مغفرة منه و فضلا و الله واسع عليم
“Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu melakukan perbuatan fahsya’. Sedang Allah menjanjikan ampunan dari-Nya dan karunia untukmu. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Baqarah : 268).
Bila seseorang akan melakukan amalan kebaikan atau amalan ketaatan, namun ada rasa takut akan berkurang atau hilang nikmat-nikmat yang bersifat duniawi, sehingga dia urung untuk melakukan amalan kebaikan atau amalan ketaatan. Maka inilah yang dimaksud dengan rasa takut negatif yang tidak wajar. Rasa takut yang dihembuskan oleh syetan ke dalam jiwanya :
الذى يوسوس فى صدور الناس
“Yang membisikkan (kejahatan atau kejelekan) ke dalam dada manusia” (QS An-Naas : 5).
Ketakutan akan berkurang atau hilang nikmat yang bersifat duniawi ini tidak sedikit menghinggapi kaum wanita, sehingga berkurang atau bahkan bisa sirna ketaatan kepada suami karena masalah-masalah duniawi. Dengan demikian ketaatan kepada suami bukan dilakukan karena (mengharap Ridha) Allah, tapi ketaatan karena faktor duniawi (syirkun niyah). Padahal yang disebut ketaatan karena Allah itu, tidak lapuk di hujan dan tidak lekang di panas. Di samping itu amalan ketaatan tentu akan memperoleh ampunan dari Allah dan memperoleh pula karunia-Nya, apalagi amalan ketaatan itu disertai sikap tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka Allah tentu akan mencukupi kebutuhannya :
و من يتوكل على الله فهو حسبه
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya” (QS Ath-Thalaaq : 3). Semoga bermanfaat. Aamiin.