Kabut Asap dan Pariwisata Indetik Dengan Kehidupan “Kita Bahagia Sembari Menjaga Alam”

by -2,248 views
Praktisi Pariwisata Riau Drs Riyono Gede Trisoko MM

PEKANBARU Saturealita.com-Empat tahun silam, tepatnya dibulan September tahun 2015, wilayah Provinsi Riau, mengalami bencana kabut asap yang begitu amat pekat dan dinyatakan tanggap darurat, karena udara sangat berbahaya.

Melihat kondisi tanggap darurat tersebut, waktu itu, Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono, memerintahkan kepada Gubernur Riau Annas Ma’mun, untuk segera menangani serius tentang bencana kabut asap dan berjanji tidak akan pernah kembali lagi.

Namun, apa yang terjadi, dibulan yang sama tahun 2019, Kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kabut asap kembali lagi dengan statistik data menujukan PM 10 yang merupakan pratikel lecil sangat berbahaya.

Dari catatan kabut asap, baik empat tahun silam maupun saat ini, berakibat banyaknya korban, apakah itu mengalami sakit maupun meninggal dunia.

Kemudian, berbagai sektor perekonomian, pendidikan dan aktivitas lainnya, juga mengalami kelumpuhan.

Pandangan mata dari Praktisi Pariwisata Riau, Drs Riyono Gede Trisoko MM, menyebutkan, kondisi semacam ini, seharusnya sebelum kabut asap begitu parah melanda seluruh wilayah Riau, mestinya ada tindakan cepat dari pihak terkait, terutama pemerintahan untuk penanggulangan secara efektif.

Kembali dijelaskan Riyono, secara khusus, mengerahkan pendapat bukti menjadi perhatiannya kepada Riau oleh Presiden Panglima dan Kapolri untuk menanggulangi kabut asap yg seolah-olah selalu lolos dari perencanaan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN) maupun daerah. Mengapa demikian, sebab, setiap tahun masalah kabut asap selalu jadi bencana masyarakat khususnya daerah berlahan gambut seperti Provinsi Riau.

Terkait dengan persoalan ini, Riayono mengatakan, telah merugikan para pelaku bisnis pariwisata hampir 60% dari sebelumnya.

Melirik peristiwa kunjungan, seperti anti klimaks dari perencana Kawasan Ekonomi khusus (KEK) pariwisata yang baru saja dicanangkan untuk Riau.

Maka dari itu, dengan kunjungan ini diharapkan, masyarakat Riau, menjadi sangat care dengan kehidupan tempat tinggalnya sebagai sebuah ekologi bagi ekosistem pariwisata. Artinya jika Riau mau menjadikan pariwisata pengasil divisa atau pajak dari sektor pariwisata, maka masyarakat harus memiliki kesadaran hidup bersama alam, karena, pariwisata itu indetik dengan kehidupan alam “kita bahagia sembari menjaga alam”, pungkasanya (***)