Sastrawan Malaysia, Malim Ghozali Berceramah Sastra di Kampus UIR

by -2,200 views

PEKANBARU Saturealita.com- Sastrawan Malaysia, Dr. Malim Ghozali, P.K, Senin pagi (7/10) tampil sebagai pembicara tunggal dalam Ceramah Sastra yang digelar oleh Prodi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Islam Riau (UIR). Lebih seratus orang mahasiswa secara serius mendengarkan ceramah Dr. Malim mengenai proses kreatif dan perkembangan sastra Melayu dalam kancah sastra dunia. Turut hadir Dekan, Drs. Alzaber, M.Si, WD II Dr. Sudirman Shomary, Krtua Prodi Bahasa, Muhammad Mukhlis dan dua sastrawan Riau, Dr. Husnu Abadi dan Ir. Fakhrunnas MA Jabbar, MIKom serta para dosen.

Dekan FKIP UIR, Drs. Alzaber, M.Si dalam sambutan pembukaannya mengatakan ceramah sastra oleh Dr. Malim Ghozali PK sangat besar manfaatnya bagi para mahasiswa dalam memperluas wawasan dan pengetahuan. Lebih dari itu, diharapkan dapat memotivasi mahasiswa dan generasi muda untuk ikut berkarya sebagaimana sudah dialami para sastrawan.

”Saya merasa regenerasi sastrawan di Riau (khususnya UIR- red) terasa lambat. Dalam pengamatan saya ya g dangkal, setelah generasi Dr. Husnu dan Ir. Fakhrunnas, belum banyak muncul sastrawan muda. Oleh sebab itu, setelah ceramah ini bakal ada mahasiswa yang terinspirasi jadi sastrawan pelanjut,” kata Alzaber yang ahli matematika ini.

Dr. Malim Ghozali, PK dalam ceramahnya mengungkapkan bagaimana keberadaan sastra dan bahasa Melayu di dunia. Berdasarkan pengguna bahasa Melayu yang mencapai 300 juta telah menempatkan bahasa Melayu nomor lima di dunia.

Menurut Malim, bangsa tertua di dunia ada di kawasan negara Jibouti. Sedangkan bangsa Melayu merupakan bangsa tertua nomor dua.
Sastra nusantara sangat dipengaruhi oleh aspek bahasa. Sastra harus ada kaitannya debgan bahasa atau sebaliknya.

”Persoalannya, kenapa sastra Melayu belum tersebar? Bahkan kandidat pemenang Nobel Sastra juga belum ada yang berasal dari sastra Melayu. Padahal peluang itu selalu ada apabila para sastrawan Asia khususnya pengguna bahasa Melayu berpacu untuk memperkenalkan karya-karyanya berupa puisi, cerpen atau novel ke publik dunia dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris atau bahasa besar dunia lainnya,” ujar sastrawan 70 tahun yang sudah mengembara ke 55 negara dunia bersama sastra.

Malim menceritakan pengalalama nya mengembara di banyak negara. Tahun 1970 Malim sudah mengembara di Amerika Latin. Malim memuji pemerintah Indonesia karena waktu itu sudah mrnemukan adanya KBRI di negara tersebut. Begitu pula, akhir tahun 1989an l, saat Malim mengunjungi Suriname menemukan banyak orang Jawa mencapau 200 ribu orang. Waktu itu sebenarnya
sastra budaya Indonesia sudah ‘diekspor’ ke sana. Bahkan hingga kini masih ada seni silat, kompang (terbangan) dan sebagainya.

”Saya menulis novel Janji Paramaribo berdasarkan pengalaman saya selama berada di sana,” tegas Malim yang namanya pernah disebut sebagai kandidat Hadiah Nobel Sastra beberapa tahjn silam.

Dalam ceramah sastra Malim Ghozali sempat ditayangkan film ‘Memo dari Suriname’ yang berisi feature perjalanannya selama di ibukota Suriname, Paramaribo.

Dalam kegiatan ini juga disediakan sesi diskusi. Para mahasiswa menanyakan proses kreatif Malim, peran sastra dalam kehidupan dan tips menulis karya kreatif.

Sumbang Buku

Pada kesempatan yang sama, tiga sastrawan masing-masing Malim, Husnu Abadi dan Fakhrunnas secara resmi menyerahkan sumbangan buku-buku sastra karya mereka untuk perpustakaan FKIP UIR. Belasan buku-buku sastra berbagai genre sastra itu secara bergiliran diterima oleh Dekan FKIP UIR, Alzaber.

Di antara tujuh buku yang disumbangkan Malim terdapat novel ‘Janji Paramaribo’, kumpulan cerpen ‘Langit Tidak Berbintang di Ulu Slim’ dan lain-lain.

Sementara Husnu Abadi menyumbangkan sejumlah buku puisi karyanya seperti Lautan Melaka serta buku Seribu Gurindam karya Iberamsyah, penyair Kalsel.

Sastrawan Fakhrunnas menyumbangkan buku cerpen Sebatang Ceri di Serambi, Lembayung Pagi, 30 Tahun Kemudian serta buku puisi Airmata Musim Gugur. (***)