PEKANBARU Saturealita.Com-Sosok generasi Z bernama lengkap Tengku M.Fauzi (nama pena Lingga Sakti) merupakan putra kelahir kota Pekanbaru, 29 November 1993 silam, selalu aktif menulis karya sastra dan bermain musik.
Lingga Sakti begitu panggilan akrabnya, merupakan Alumni S1 Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Melayu, Universitas Lancang Kuning (Unilak) Pekanbaru angkatan 2018, mengaku menulis karya sastra dan bermain musik dimulai sejak tahun 2012.
Pria berambut gondrong lurus kebawah sebatas bahu, pernah meraih beberapa Juara 1 pada tahun 2017 meliput lomba baca puisi daring (online) ditaja Duta Bahasa bersama Balai Bahasa Provinsi Riau bersempena Hari Sumpah Pemuda, Juara 1 Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional oleh, “Titi Kala Mangsa” Ciputat Jakarta, Juara 1 Lomba baca Puisi Tingkat Nasional Satu Jiwa Duta Damai Regional Malang, Antologi bersama Pantun dan Puisi Nusantara II Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Riau, Antologi Puisi Nasional bersama Rosiebook Publisher bertema “Keajaiban” , Peserta antologi puisi Event Nasional “Rindu” Rumahkayu Indonesia, Kontributor Antologi Puisi Asean 2 “Puisi dan Perdamaian” Purwokerto, tampil membaca puisi di pantai solop bersama Dispora, Bupati dan 7 penyair Riau asal Indragiri Hilir (Inhil) serta tampil membaca puisi di Panggung Toktan Riau dalam acara “Ziarah Karyawan”, Indonesia-Malaysia.
Selanjutnya, pada tahun 2018, ikut Antologi Puisi Nasional di taja Rekan Media Publisher bertemakan “Cinta”, Penulis Istimewa dalam event Antologi Puisi Surat Untuk Kaki Langit Palestina tingkat Internasional dengan tema “Palestina” di taja oleh Indonesia Writing Club, Kolaborasi puisi bersama penyair senior riau di taja oleh Sanggam Group bersama Wakil Bupati Kabupaten Kampar Kampar Bangkinang, Pernah tampil membaca puisi di acara Gema Malam Puisi Indonesia-Malaysia di Konsulat Malaysia Pekanbaru bergabung bersama team Matahari Saatra Riau (memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah) Antologi Puisi 999 Sehimpun Puisi Penyair Riau. Pada tahun 2019, Antologi Puisi membaca asap ditaja Komunitas Seni Rumah Sunting, team Matahari Sastra Riau Memasyarakatkan Literasi Ke Desa Semukut, dan Menaungi team Musikalisasi puisi lingga sakti (Indie Puisi).
“Dalam kehidupan, saye selalu belajar dan belajar dalam situasi dan kondisi apapun, Membaca, Melihat, Mendengar, dan Bertanya pada siapa saja baik muda maupun tua, sebaya bahkan dengan hewan “, ungkap pria yang juga bergabung’ di LAMR sebagai perisai Adat (polisi adat).
Kegelisahan batin, saat tak ada satu pun orang disekitar untuk bertanya bahkan alam pun menjadi guru. Semakin usia bertambah, merasa bahwa begitu kecil menghadapi realita dunia yang begitu besar.
Ilmu yang didapat masa kuliah ketika dibawa kedalam kehidupan bermasyarakat, menjadi sebuah tantangan baru dalam perjalanan hidup.
“Saya, untuk belajar bagaimana menjadi manusia yang manusia.
Tak ada hal yang sia-sia Allah ciptakan diatas dunia semuanya punya poros dan kadarnya masing-masing. Ketika kita hidup mesti meninggalkan jejak untuk sebuah peradaban yang tidak hanya dikenang tetapi dipelajari dan menjadi petuah oleh generasi kita berikutnya. Jejak itulah warisan sebuah karya apapun jenisnya dalam bidang dan kemampuan tiada habis dimakan zaman, ibarat harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama. Walaupun sudah tiada lagi didunia seribu tahun lagi akan tetap hidup dan dikenang sebagai apa yang kita buat. Manfaatkan waktu didunia untuk belajar dan beramal lewat kemampuan sebuah karya”, tutupnya. (***)