Dosen FH UIR Husnu Abadi Baca Puisi Bertajuk, ‘Untuk Sang Guru’.

by -1,352 views
Husnu Abadi, SH, MHum, PhD. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau

PEKANBARU, Saturealita.com-Sebuah kepercayaan diberikan Panitia Ulang tahun ke-90 Prof Dr Solly Lubis, SH kepada Husnu Abadi, SH, MHum, PhD. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau yang juga seorang penyair itu diberi ruang untuk membaca puisi secara daring.

Kepada Kepala Bagian Humas dan Protokoler UIR Syafriadi, Husnu Abadi menyebutkan, kepercayaan itu diberikan panitia kepadanya melalui surat bernomor 18/PUT90-SL/VI-20 tanggal 30 Juni 2020. Dalama surat yang diteken Dr Faisal Akbar Nasution sebagai ketua itu, dirinya diberi waktu membaca puisi pada Selasa 14 Juli 2020 antara pukul 11.00-15 wib.

”Pembacaan puisi itu bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan lain termasuk orasi ilmiah dari Prof Dr Moh Mahfud MD. Bagi saya ini sebuah kehormatan yang luar biasa dapat berkontribusi dalam helat ulang tahun seorang tokoh yang telah mendedikasikan fikiran-fikirannya untuk Indonesia selama puluhan tahun di kampus,” tutur Husnu Abadi. Usai acara dilakukan pula Penandatanganan Prasasti Peresmian Perpustakaan Prof Dr M Solly Lubis SH dan Galeri Ketatanegaran Indonesia oleh Menko Polhukam.

Selain Mahfud MD turut pula memberi kata elu-eluan sejumlah tokoh lain termasuk rekan sejawat Prof Solly Lubis. Antara lain Prof Dr Budiman Ginting SH MHum, Prof Dr Runtung Sitepu SH MHum, Gubernur Sumut Letjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi, Prof Dr Supandi SH MHum dan Prof Dr Bagir Manan SH, MCL.

Husnu menyatakan, dalam acara itu dirinya akan membacakan puisi bertajuk, ‘Untuk Sang Guru’. Dalam catatan Dosen Hukum Tata Negara itu, paling tidak ada dua peristiwa penting yang mempertemukan dirinya dengan Solly Lubis. Pertama saat berlangsung Seminar 30 Tahun Kembali ke UUD 1945 di Kampus Unpad Jatinangor tahun 1989.

”Sebagai dosen muda dari Fakultas Hukum UIR saya merasa bangga dapat hadir pada seminar itu untuk mendengar berbagai telaah soal konstitusi dan hukum ketatanegaraan,” ucap Husnu.

Diantara nara sumber yang menjadi pembicara terdapat nama Prof Sri Soemantri, Prof Omar Seno Aji, Abdul Kadir Besar, Mensesneg Moerdiono dan Dr Solly Lubis. Sedikit guru besar dari universitas di Sumatera yang tampil pada forum seminar nasional itu.

Pada sesi istirahat, sejumlah dosen muda dari Sumatera mendatangi Solly untuk berkenalan sekaligus menimba pengalaman. Orangnya ramah dan penuh perhatian. “Fokuslah pada pilihan ilmu yang kalian pilih”, katanya berpesan kepada dosen-dosen muda.

Seminar itu betul-betul menimbulkan kesan mendalam. Bagi kami, alangkah jauhnya jarak antara dosen muda dengan Solly. Apalagi waktu itu belum banyak akademisi bergelar doktor, dan Solly Lubis satu diantara yang sedikit. Kami sangat tunak mendengar penuturannya tentang perjuangan meraih gelar doktor. Penuh derita dan air mata.

“Itu betul, adik-adik. Saya pun baru menyelesaikan studi doktor di usia 53 tahun, yakni di Tahun 1983.” kata Solly Lubis bercerita dengan nada semangat.

Pertemuan kedua terjadi di Program Pacsasarjana Universitas Islam Riau, 10 tahun lalu. “Saya tak menyangka kalau Pak Solly bersedia dan punya waktu mengajar di magister hukum UIR,” timpal Husnu.

UIR memang sejak lama sudah membina hubungan baik dengan dosen-dosen di Universitas Sumatera Utara termasuk dengan Prof Muhammad Abduh dan Prof AP Parlindungan. Apalagi masa itu Koordinator Kopertis Wilayah I berdomisili di Medan dan lembaga tersebut selalu diketuai oleh Rektor USU.

Dalam pembicaraan saat rehat, terbukalah sisi kehidupan lain dari Solly Lubis. Ternyata sang profesor memiliki hobby di bidang puisi, sastra dan skets. Sebelumnya, kata Husnu, dirinya juga telah mendengar hal demikian dari beberapa penyair asal Medan misalnya Aldian Arifin.

”Perbincangan saya dengan Pak Solly yang awalnya hanya terbatas soal hukum, politik hukum, otonomi daerah dan konstitusi, melebar ke masalah kesenian dan kebudayaan.” tandas Husnu Abadi mengenang.

Hal itu, menurutnya, dimungkinkan karena Solly Lubis tahu bahwa ia juga terjun di dunia puisi dan sastra. ”Saya sempat memberi buku puisi dan sastra kepada beliau. Beliau pun demikian memberi saya hadiah buku puisinya bertajuk ‘Safari’ terbitan Pustaka Bangsa Press Medan Tahun 2004,” ujar Husnu. Dalam buku itu terdapat 43 puisi, 24 sketsa dan 8 esai sastra budaya.

“Tugas dan pengabdianmu telah sempurna/Bahkan telah melebihi dari yang seharusnya/Semuanya telah dicatat dengan tinta emas/Tak seorangpun yang meragukannya. Dari dekat dan dari jauh/doa murid-muridmu juga akan mengiringimu/Demi kesehatan, keihklasan dan amal salehmu/Dan doa-doa mereka itu/tak kan pernah berhenti mengalir”, tulis Husnu Abadi dalam bait-bait puisinya.

Selamat Ulang Tahun ke-90 Sang Guru.(***/rilis)