“Teratai Putri Seroja” Rengat Teater 913

by -2,057 views

Oleh: Aziz Fikri, SSn.,MSi

Sinopsis: Mengisahkan Raja muara berlabuh ke tanah Hulu setelah patah hatinya. Menikahi Putri Seroja sebab jatuh hati pada pandangan pertama. Siapa yang mengira petaka datang tiba-tiba.

Bermula dari sebuah prasangka dan curiga. Berbatas sekat tanpa bias saling menguatkan. Apa yang terjadi pada Putri Seroja?.

Pada zaman romantik, penonton berkeinginan menyaksikan pertunjukan teater tidak hanya melihat peristiwa keseharian di atas pentas, namun penonton lebih menyukai masalah
percintaan dan penampilan dekorasi pentas.

Mereka ingin meninggalkan kisah sedih dengan menikmati skeneri, musik dan tari yang eksotik. Penonton ingin pula mengindentifikasi dirinya
dengan tokoh hero romantik yang melakukan perjalanan menggetarkan yang penuh resiko.

Di jalan cerita judul pertunjukan ini Raja Muara membangkitkan semangat tentang intensitas dan totalitas cintanya kepada Putri Seroja. Pahlawan romantic ini melihat kehidupan tanpa kompromi, dan kekuasaan terus berlanjut. Oleh sebab itu Pahlawan itu terus berjuang dengan menyerang, walaupun mereka sadar kegagalanlah yang akan ditemui.

Konvensi teater romantik semacam ini dapat ditemukan pada Teater Bangsawan. Teater tradisi rumpun Melayu, menurut Edy Sedyawati mempunyai ciri-ciri kostum fantastis ala Arab atau India, peran perannya tergolong pada manusia, jin, mambang, peri dan binatang.

Musik pengiringnya berupa kelompok orkes melayu dengan melodi menonjol dari alat alat gesek. Sedangkan tipologi peran terletak pada kedudukan dan jenis mahluk raja, wazir, khadam, perampok, permaisuri, jin, raksasa dan lainnya.

Berbagai bentuk teater tradisional rumpun melayu ini, antara lain: Bangsawan, Mendu, Makyong, Mamanda, Randai kuantan dan Randai
Tua. Berbagai bentuk teater tradisional ini sebagian masih hidup dan sebagian lain mulai sulit ditemukan.

Struktur naskah Bangsawan bersifat longgar dengan tokoh yang bisa berubah-ubah, bandingkan dengan struktur naskah klasik yang baku. Tiga unity klasik, tema-plot-karakter
seakan diabaikan. Gambaran yang muncul diatas panggung gambaran tanpa makna, tanpa struktur rasional, karena gagasan romans bangsawan lebih mementingkan ide dibandingkan
dengan kepadatan struktur cerita. Misalnya, terdapat adegan yang penuh spektakel dan suka ria.

Tokoh bergerak dari adegan satu ke adegan lain tanpa ada motivasi yang kuat. Pengarang Bangsawan percaya bahwa struktur memang mempunyai makna, tetapi mereka kesulitan
menyatukan unsur-unsur yang sangat kompleks dalam kehidupan menjadi satu cerita yang besar dan padat.

Kompleksitas bentuk teater bangsawan terletak pada kombinasi tragedi dan komedi dalam memperkaya makna. Pengalaman tidak hanya didasarkan atas pribadi, tetapi juga permasalahan yang ada dalam masyarakat. Fantasi dan khayalan pelarian diri tokoh dalam
pahlawan Bangsawan merupakan simbol tentang perjalanan manusia untuk menemukan jati dirinya. Hingga dalam perkembangannya Bangsawan menjadikan konsep tentang manusia
adalah idealisme perang dan pahlawan cinta. Pada lakon ini Raja Muara sebagai kesatria sekaligus pahlawan cinta bagi Putri Seroja pujaan hatinya.

Feodalisme mencipta kesatria
pembela kaum bangsawan, para agamawan menghadirkan kesatria pembela agama. Realisasi dalam pentas teater, para kesatria mempunyai musuh yang berbentuk siluman ular, tukang sihir, atau tirani yang kejam. Selain itu, cerita berlatar belakang sejarah juga menjadi tema andalan lnaskah Bangsawan. Misalnya memuat, adegan perang, pembrontakan, perang tanding dan
sebaganya.

Bangsawan merupakan Teater Tradisional Rumpun Melayu yang hingga kini masih hidup dan berkembang dikalangan masyarakat pendukungnya. Kesenian ini tergolong khas dan unik, hal mana didalamnya terdapat beberapa unsur seni lain seperti, seni sastra, tari, musik,lagu-lagu, dialog, percakapan yang diselingi homur. Bentuk penyajian inilah yang menjadi salah satu dasar pijakan sutradara untuk mengangkat kembali kejayaan drama bangsawan di bumi
Melayu. Sebagaimana lazimnya Teater Bangsawan, tokoh-tokoh seperti, Raja Tuan Putri, Panglima, Maha guru, khadam, dapat ditemukan dalam lakon “Teratai Putri Seroja.”

Pertunjukan biasanya diawali dengan satu atau dua buah syair sebagai bu pembuka. Syair yang berisi tentang ringkasan lakon dari awal hingga akhir cerita. Disambung musik dengan
lagu-lagu yang menarik penonton, setelah itu pengenalan tokoh-tokohnya. Raja yang menjadi tokoh utama dalam lakon ini digambarkan tegas, berwibawa gigih, sangat dihormati, tampan dan melankolis. Sedangkan tokoh putri, wanita muda, anak keturunan raja, cantik dan manja.

Panglima, seorang teguh, setia, jujur dan patuh kepada Raja. Khadam atau pesuruh, adalah tokoh bersahaja, jujur, setia dan jenaka.Pada lakon “Teratai Putri Serja” ini dari adegan awal hingga akhir hanya menggunakan seting tempat ruang peraduan Putri Seroja; hal mana Penataan dekorasi terdiri: berupa satu perangkat tempat tidur, empat buah payung berwarna kuning sekaligus sebagai property dan
lantai karpet berwarna merah. Kedua warna primer ini mendominasi set-dekor secara keseluruhan. Bangsawan menggunakan panggung proscenium yang gemerlap. Set-dekor sangat indah, kostum dan makeup colourful ditampilkan dihadapan penonton dengan tempo yang cepat bahkan terkadang sekilas. Melihat dan mendengar pertunjukan bangsawan, penonton akan dibuat kagum oleh teknik teknik pemanggungannya yang keluar batas dari dunia materi keseharian dan masuk kedalam dunia idialialis aturan bangsawan.

Musik Melayu dan Tari kreasi menghadirkan rangkaian lukisan cerita yang berubah cepat, set-dekor, pencahayaan, skeneri dihadirkan dengan konsep teater ilusi. Disebutkan oleh Yudiaryani, teater ilusi adalah upaya seniman untuk menggambarkan obyektivitas melaluipanggung.

Konsep ini menyebabkan teater menghadirkan tipuan-tipuan dalam rangka meyakinkan penonton bahwa panggung adalah realita kehidupan. Melihat bentuk panggung seperti ini jelaslah bahwa Bangsawan mendapat pengaruh dari drama Romantik dan melodrama. Menyaksikan “Teratai Putri Seroja” penonton disuguhi suatu tontonan yang megah, kesedihan
yang mendalam, akting dengan gerak-gerak besar, dan tari-tarian indah dengan iringan musik Melayu yang merdu.

Tokoh Raja pada lakon ini adalah tokoh yang tidak memiliki karakter biasa, dia memiliki masalah kehidupan yang sangat mencekam dan menakutkan. Dia merupakan simbol sekaligus
contoh bagi manusia lain dalam kehidupan. Keteguhan, kecerdasan, ambisi dan emosi tokoh mampu merangsang dan menyadarkan penonton tentang kehidupan pribadi mereka. Bahkan aktor mampu mencipta watak yang lebih meruang, sehingga penonton memahami bahwa dia memiliki watak tersebut tanpa menyadarinya. Artinya diatas pentas, bukan aku sebagai Raja, akan tetapi aku menjadi Raja. Tokoh Raja Muara diletakkan di atas pentas pada tempat yang tinggi, disinari tata teknik pencahayaan dari berbagai sudut, dibalut dengan penataan busana dan
rias yang mendukung karakter, diikuti intensitas dan kreativitas perasaan guna menghidupkan penokohannya.

Demikian juga tokoh Putri, vokal dan artikulasi yang indah, tegas, tutur katanya lembut dan menyimpan misteri. Pada keadaan ini aktris hampir dapat dikatakan sebagai manusia yang memiliki kelebihan, yaitu bagai seorang bintang. Penampilan tokoh putri dalam kemampuannya memproyeksikan pancaran magis, tak serta muncul secara langsung dari ketrampilan meniru dan menguasai teknik, akan tetapi semua itu tergantung pada “kekuatan dalam” diri aktris yang
kemudian disalurkan melalui teknik dan peniruan. Pancaran magis seorang putri dalam lakon ini, mestinya dapat didekati dan dapat dikembangkan. Karena tokoh ini sangat memungkinkan untuk lebih dalam digali, dieksplor, sehingga pancaran magis itu muncul.

Sayang untuk festival teater
kali ini, tidak ada katagori peran wanita terbaik atau peran pembantu wanita terbaik yang dinominasikan. Kalau ada, tentu ini akan semakin memberi semangat dan motivasi bagi calon-
calon aktris berbakat.

Secara keseluruhan para pemain Rengat Teater 913 kemampuan dan ketrampilan teknis aktingnya merata, misalnya pengawal atau khadam atau dayang adalah para penari, sebagai
penghibur putri sekaligus penonton. Tari kreasi melayu dengan komposisi yang mampu meruang, pola lantai yang enak dipandang, gerak enerjik yang mampu membangkitkan gairah
artistik dapat dinikmati pada penyajian ini.

Ketika di atas panggung bagi aktor tidak hanya mengucapkan dialog, namun saat mulai bisnis akting, maka perubahan secara teratur tampak
pada setiap hubungan yang mereka ciptakan. Dialog naskah hanya menjadi awal. Selanjutnya Yudiaryani mengatakan, tugas sutradara adalah menemukan kehidupan dalam naskah dan mengamati apakah hal itu terungkap melalui perubahan suasana, gerakan, dan bisnis serta reaksi
akting para aktor, inilah yang disebut dramatisasi pantomimik.
Sutradara mesti membantu aktor untuk memahami struktur panggung secara keseluruhan, serta melihat jalinan antara ketegangan dan relaksasi yang terbentuk.

Pemahaman ini berlangsung pada irama klimaks, yaitu pada tema, irama alur cerita dan perkembagan karanter
secara bersamaan. Adakalanya sutradara perlu membuat unit kecil, sebagai „unit motivasi‟. Stanislavsky menyebut unit ini sebagai beats.

Beats ini terdiri dari dua atau tiga kalimat berlangsung sebelum tujuannya terbentuk dan hubungan antar aktor terjalin. Maka dalam satu
kesatuan ada beats, adegan dan babak. Komposisi, bloking dan gerak akting dalam drama bangsawan mempunya aturan, norma atau konvensi tertentu, tugas ini melekat pada sutradara dalam membantu para aktornya. Misalnya, Pada posisi aktor yang menghadap langsung kepada penonton, dan ini merupakan posisi akting yang sangat kuat. Bagi pemain pemula hal ini sering dilakukan, Sehingga ketika momen penting, maka kekuatan posisi itu menjadi kurang kuat. Sumber penekanan tinggi atau rendah. Tokoh Raja dan Putri adalah tokoh terkuat, sehingga posisinya berada pada tempat yang tinggi. Untuk membuat posisi tinggi rendah tampak bervariasi, bisa ditempatkan tokoh-tokoh dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring. Bahkan aktor posisi tinggi rendahnya, dapat ditempatkan pada tempat yang bertingkat-tingkat. Set dekor pada lakon ini mestinya masih bisa memanfaatkan level, tidak hanya lantai datar yang sama ukuran tinggi rendahnya.

Selanjutnya sutradara dalam mengontrol keterkaitan dapat memanfaatkan denah panggung yang terbagi menjadi sembilan daerah permainan. Adapun sembilan daerah permainan yaitu, Panggung tengah Panggung tengah kanan, Panggung tengah kiri, Panggung tengah depan, Panggung kanan depan, Panggung kiri depan, Panggung belakang, Panggung kanan belakang dan Panggung kiri belakang.

Urutan nomor daerah permainan ini dimulai dari posisi yang terkuat sampai yang terlemah. Panggung dilihat dari sudut pandang aktor, bukan dari sudut pandang penonton. Penggunaan daerah panggung, sangat erat kaitannya dengan cara keempat yaitu melalui hubungan meruang antar tokoh. Cara ini menghasilkan gambaran kontras. Misalnya, ketika seorang tokoh berada disatu titik ruang panggung, dia nampak kuat apabila sekelompok tokoh ditempatkan pada daerah lain. Cara pemberian tekanan dapat pula melalui fokus pandang, yaitu ketika seluruh perhatian terpusat pada tokoh ataupun pada obyek sama. Cara lain diperoleh melaui penataan busana jalinan warna yang berbeda untuk menghadirkan keindahan pakaian yang memberkan penekanan lebih. Pencahayaan daerah yang diberi tekanan banyak disinari cahaya. Skeneri menempatkan seorang tokoh di antara benda-benda panggung ataupun pada kekuatan garis pandang.

Jikalau bangsawan ini tegas dalam tradisi dan luwes dalam menghadapi tuntutan zaman, memungkinkan teater tradisional Bangsawan menjadi leluasa untuk dipertunjukan. Kalau dahulu
pentas bangsawan mesti megah, serba gemerlap, dengan gedung khusus dan perlengkapan yang banyak. Kini dengan adanya perubahan sudut pandang, pertunjukan teater tradisional bangsawan lebih mudah untuk dipertunjukkan. Dengan adanya upaya pelestarian, pembinaan, dan pengembangan secara kontinu Insyaa Allah bangsawan tetap hidup dan dibutuhkan masyarakat. (***)