Memahami Makna Berqurban berdasarkan Kisah Nabi Ibrahim AS

oleh -718 views

PEKANBARU.Saturealita.com – Kesanggupan Nabi Ibrahim As menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta, tetapi meyakini bahwa perintah Allah S.W.T. itu harus dipatuhi. Bahkan Allah Ta’ala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang agar siap mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayanginya demi menegakkan perintah Allah.

Hidup adalah perjuangan dan setiap perjuangan pasti memerlukan pengorbanan.  Pengorbanan Nabi Ibrahim bersama keluarganya patut selalu direnungi dan diteladani oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Karena semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.

Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai manusia yang patut diteladani dari segi kedermawanannya. Dicatat dalam sejarah bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia yang paling senang menerima tamu. Kalau tiba waktu makan dan tidak ada orang yang ditemani makan dia keliling mencari teman makan. Nabi Ibrahim dikenal sebagai orang yang paling senang membantu kepada sesama manusia. Kebiasaannya yang seperti inilah yang membuat orang sangat senang kepadanya.

Sifat dermawan ini hendaknya menjadi warna dari kehidupan seorang muslim. Karena lewat jiwa-jiwa yang dermawan inilah dakwah Islam dapat dikembangkan lebih maksimal dan dapat mengentaskan kemiskinan. Pada zaman Rasulullah s.a.w. kedermawanan para sahabat yang dikaruniai kekayaan materi itulah yang menopang perjuangan risalah Islam sehingga kita dapat menikmatinya hingga saat ini.

Kita harus meyakini bahwa dengan berkorban di jalan Allah melalui infaq fi sabilillah, kita tidak akan menjadi miskin dan harta pun tidak akan berkurang, tetapi justru akan memberikan tambahan keberkahan. Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya: Setiap hari dua malaikat turun kepada seorang hamba. Salah satunya berdoa: “Ya Allah berilah pengganti dari harta orang yang berinfaq” Dan yang lain berdoa: “Ya Allah binasakanlah harta orang yang tidak mau berinfaq” (HR. Bukhari-Muslim)

Memang terbukti bahwa perjalanan hidup orang yang pemurah dan dermawan  akan dilapangkan rezekinya dan  diberikan kebahagiaan dalam kehidupannya. Oleh karenanya, bagi kita yang memiliki kelapangan rezeki pada hari ini, marilah kita  ber-qurban.

(3) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ  (2) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (1) إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu pemberian yang banyak . Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesunguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang binasa”. (S.Al-Kautsar : 1 – 3)

Ayat ini bukan hanya sekedar memerintahkan kita memotong hewan kurban, tapi juga memberi jaminan bahwa dengan menegakkan dan memperbaiki shalat  menjadi alasan bagi Allah untuk membela kita dan menghancurkan lawan-lawan Islam. Kini Allah menuntut kesiapan kita untuk berkorban lebih maksimal lagi demi menggapai ridha-Nya. Pengorbanan harta, raga, jiwa, waktu dan pikiran kita demi terbangunnya Peradaban Islam dan tegaknya dinullah di muka bumi. Hanya dengan pengorbanan, kita akan meraih kemuliaan hidup  di dunia dan di akhirat. Hanya dengan perjuangan dan pengorbanan, pertolongan Allah akan datang dan kemenangan akan diraih.

Pengorbanan dalam konteks kehidupan saat ini, bisa dilihat dari seorang pemimpin yang berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya, pemimpin yang adil dan berusaha memberikan kontribusi bagi negaranya. Pengorbanan seorang suami sebagai kepala rumah tangga, berjuang membanting tulang demi menafkahi dan menyelamatkan keluarganya. Kesetiaan seorang istri terhadap suaminya juga merupakan wujud pengorbanan. Orang tua mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi sukses dan berhasil, juga wujud pengorbanan. Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan merupakan konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangkan demi sebuah kebenaran.