Membangun Sistem Belief Karyawan dalam Mewujudkan Kinerja bagi Perusahaan

by -803 views

Oleh : Yusriadi, SE, MM 

Semua perusahaan pastinya ingin eksis, tumbuh dan berkembang, untuk itu di perlukan strategi bisnis yang tepat, cepat, efesien dan efektif dalam menghadapi berbagai tantangan  bisnis yang semakin yang kompetitif. Setidaknya ada empat 4-C yang wajib mendapatkan perhatian serius bagi perusahaan jika ingin eksis, tumbuh dan berkembang, yakni company, customer, competitor dan change.

Company artinya kemampuan perusahaan dalam menjaga sistem dan manajemen organisasinya, customer harus mendapatkan perlakukan yang tepat sampai kemudian menjadi customer loyality, kemudian perusahan harus mampu bersaing dengan competitor nya, terakhir perusahaan harus mampu menghadapi change atau perubahan yang terjadi dimana datangnya kadang kala sulit untuk di prediksi.

Untuk menjawab ke-Empat hal tersebut maka perusahaan wajib memastikan personil atau pegawai nya memiliki kualitas yang tidak biasa, dia harus luar biasa, maka perusahaan harus memiliki pegawai yang kita sebut “Good is not Enough, be Great” tidak cukup baik, tapi harus hebat. Untuk mendapatkan pegawai yang hebat maka ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh perusahaan, yakni :

Mindset adalah pola berfikir yang di miliki manusia dalam merespon suatu peristiwa yang di hadapi dalam kehidupannya. Jika pola berfikirnya positif maka responnya akan positif. Pola berfikir ini di peroleh dari keseluruhan aktivitas manusia dari apa yang di lihat, di dengar dan di rasakan sejak sejak kecil hingga usianya saat ini.

Pola berfikir yang semakin kuat dalam merespon suatu peristiwa akan menjadi belief atau keyakinan yang tidak mudah untuk di rubah. Secara teoritis belief didefinisikan sebagai penerimaan akan kebenaran sesuatu pemahaman oleh pikiran bahwa sesuatu adalah  benar dan nyata dan keyakinan seseorang bahwa sesuatu itu baik dan benar. Dengan kata lain belief adalah sesuatu yang di yakini kebenarannya. Secara singkat ada beberapa hal yang menciptakan terjadinya sebuah belief system yang mengakar kuat dalam diri manusia:

  1. Terbentuk karena adanya informasi yang berulang-ulang (repetisi), sehingga akhirnya menembus critical area dan masuk ke pikiran bawah sadar.
  2. Terbentuk karena informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang kompeten (tenaga pengajar, pakar, ilmuwan) atau memiliki otoritas (orang tua, kakak, guru, pemimpin, orang kaya dll)
  3. Terbentuk karena Informasi yang diterimanya merupakan identifikasi yang diberikan dari keluarga atau kelompok sosialnya. Hal-hal yang dipercayai oleh keluarga atau kelompok sosial lain dari seseorang akan mudah diterima pula bagi pikiran bawah sadar tersebut.
  4. Terbentuk karena Informasi yang diterimanya diberikan lewat suasana emosional yang tinggi dan mendukung (senastional feeling). Hal ini mudah ditemui pada kegiatan orasi yang dilakukan dengan emosional, seminar motivasi yang menggugah, semangat, kegiatan family gathering yang menggembirakan dan lain-lain.

Terbentuk karena informasi diterima dalam keadaan alpha (relaks) sehingga mengakibatkan kondisi hipnosis. Dalam hal ini tentu telah kita ketahui bersama, pada kondisi hipnosis kita mudah menerima sugesti. Yang lebih digaris bawahi adalah kondisi hipnosis yang terbentuk secara tidak sengaja, misalnya menerima informasi saat kita menjelang tidur dan sebagainya. Dalam kondisi ini sebuah informasi tersebut mudah masuk ke pikiran bawah sadar dan menjadikannya sebagai sebuah sugesti yang tidak disengaja.

Maka untuk merubah sistem belief ini, agar pegawai menjadi lebih efektif dan produktif sehingga tidak sekedar baik tetapi hebat, maka perusahaan harus memiliki aktivitas rutin positif yang di lakukan secara berulang-ulang (reptition) sehingga menjadi budaya organisasi, misal membangun kebiasaan jika bertemu dengan sesama pegawai di mulai dengan senyum, sapa dan salam. Kemudiaan tetap melaksanakan rapat secara on time walau belum semua yang hadir. Kemudiaan adanya kegiatan rutin yang bersifat membangun hubungan emosional dan spritual pegawai bisa berupa pengajian atau arisan rutin pegawai, dll.

Berikutnya karena sistem belief juga terbentuk dari adanya Informasi yang diterima oleh figur yang dipandang memiliki otoritas, maka para pimpinan harus memiliki kharisma dan keteladanan yang baik sehingga setiap ucapan dan tindakan pimpinan yang positif, akan masuk ke dalam otak bawah sadar pegawai yang berujung menjadi prilaku positif pegawai. Banyak kegagalan pembentukan karakter positif pegawai karena pimpinan tidak memberikan contoh yang baik kepada pegawainya.

Kemudian sistem belief yang terbentuk dari pengaruh otoritas sosial, maka perusahaan harus dapat menciptakan suasa lingkungan kerja yang positif dan produktif, ini akan berpengaruh kepada seluruh prilaku pegawai untuk bekerja lebih efektif dan produktif. Sebagaimana mengapa tidak ada orang yang berani melanggar traffic light di jalan-jalan di Singapura karena semua orang punya kesadaran yang tinggi terhadap ketertiban berlalu lintas sehingga berpengaruh kepada yang lain.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, ini di buktikan dengan percobaan yang di lakukan terhadap kutu anjing. Kutu anjing dapat melompat 100 x tinggi badannya, namun ketika di letakkan di dalam kotak korek api selama Dua minggu maka kemampuan melompatnya menjadi jauh berkurang, karena setiap dia melompat ada bagian yang mengahalanginya. Jika kita membuat lingkungan kerja kita korup, tidak disiplin, tidak produktif, tidak menghargai waktu, maka semua orang akan berprilaku sama. Ini yang menyebabkan prilaku manusia dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya karena adanya pengaruh dari otoritas sosial.

Sedangkan merubah belief pegawai dari aktivitas sensational feeling adalah dengan memberikan kegiatan-kegiatan training motivasi yang menggugah, kegiatan family gathering yang membahagiakan, memberikan perhatian yang dalam dan emosional kepada pegawai, apakah saat ulang tahun, sakit, melahirkan atau adanya keluarga yang mendapatkan kemalangan. Jika perasaan bahagia itu muncul dari kebersamaan yang terjadi perusahaan tersebut, maka pegawai akan merasa ingin terus berada di perusahaan tersebut dan mudah untuk di arahkan agar menjadi lebih efektif dan produktif.  Terakhir membentuk belief dari kondisi hypnosis, sebenarnya ini hal bisa dilakukan dengan metode hypnotrapis yang di lakukan oleh mereka yang profesional dalam memberikan terapis kepada pegawai yang perlu mendapatkan terapis mentalitas.

 Penulis adalah Dosen & Trainer Pengembangan SDM

Untuk Training dan Konsultasi CP : 0852-6595-0276