PEKANBARU,saturealita.com-Kelanjutan bual-bual bersama Aris Abeba alias Toktan sebagai penerima Anugerah Abdi Budaya dan menerima bantuan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Banpem) Tahun 2024 Periode II.
Dalam judul tulisan kemarin, beliau sebut
Anugrah Atau Bantuan Seniman Hasil Dari Perbuatan Ikhlas Yang Dilakukan
Menurut putra asli melayu kelahiran Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dalam sebuah penilaian berbagai konsep harus objektif dengan arti kata, seseorang penerima betul-betul layak atau patut.
“Mengapa demikian saya katakan, tentu dengan alasan yang kuat, bahwa dalam hal ini pemerintahan sudah banyak berbuat untuk para pelaku seniman maupun budayawan. Nah dengan adanya seperti itu, kite sebagai pelaku teruslah berkarya”, ucapnya, Jumat sore, (30/8/2024) kepada media online ini.
Kmudian dirinya mencoba untuk crocek kembali, dengan pemberian yang baru saja diterimanya, jujur tidak disangka atau diduga mendapatkannya.
Namun dibalik semua itu, yakinlah kehidupan dalam berkarya tujuan utama tak lain tak bukan, memberikan contoh dan edukasi, karya tidak bisa dikatakan hebat karena diri sendiri, akan tetapi orang lainlah yang menyampaikan kepada publik karya itu hebat dan layak untuk diacungkan jempol.
“Kita bertugas berkarya, soal apa dan bagaimananya karya, sudah ada jalan dan ketentuannya. Siapa sangka diusia yang senja ini, masih bisa menerima apa yang menjadi penilaian karya itu sendiri”, ulasnya.
Dalam kelanjutan bual-bual ini, dicoba untuk menarik sisi lain tentang manfaat seniman ataupun budayawan itu sendiri. Secara pola pikir dimasa usia lanjut, hanya ada satu yakni, memotivasi serta mampu membangkitkan semangat tinggi dan bisa memberikan pengalamankepada generasi muda.
“Banyak wadah untuk itu semua, salah satunya forum diskusi atau dengar pendapat. Saya membangun integritas seniman atau pelaku budaya sejak dulu inilah yang dilakukan”, terangnya.
Sambungnya, semiman atau pelaku budaya dalam pengangguran bersifat membuang, tapi seniman kalau memberi ide-ide dapat dikategorikan pembangunan.
Maka dari itu, kos untuk membangunan integritas seniman maupun pelaku budaya tidak ada kata timbal balik, kecuali dengan lantang memberikan ide.
“Maka dari itu, kalau bantuan tentu lebih hebat pemerintah yang memberikan dan kita paham sampai disitu. Namum jika ada kritik secara pribadi memprotes tentang program pemerintah ya kita ikuti aja seperti air mengalir, Alhamdulillah, sejak tahun 81-an sudah menerima Anugrah ataupun penghargaan saat dipimpin Gubernur Riau, Atan Subero dan Imam Munandar “, jelasnya.
Terkait semua itu, dirinya mengaku tidak pernah memprotes apa yang menjadi kebijakan pemerintah untuk pembangunan daerah khususnya para pelaku seni maupun budaya.
“Terakhir saya katakan, Anugrah atau bantuan yang diberikan apakah dari pemerintah, swasta atau badan perusahaan, itu hanya sekedar perhatian khusus saja. Kita mempunyai peran penting menirukan kepada anak cucu kita kedepan”, akhir bual-bual dengan Toktan. (***)