PEKANBARU,saturealita.com-Tim dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning (Unilak) berhasil meningkatkan kemampuan digital content creation 25 siswa anggota Tim Kreatif SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru melalui program pengabdian kepada masyarakat yang intensif, Selasa, (4/11/25) kemarin.
Program bertajuk “Optimalisasi Visual Branding Sekolah melalui Program Digital Content Creator” ini dilaksanakan pada 14 dan 21 Mei 2025, melibatkan kolaborasi unik antara akademisi dan praktisi profesional content creator.
“Kami melihat gap yang jelas: siswa-siswa Gen Z ini sangat paham teori, tapi lemah di praktik. Pemahaman konseptual mereka mencapai 89,9%, namun keterampilan teknis fotografi dan videografi masih perlu diasah,” ungkap Dra. Essy Syam, M.Hum., Ketua Tim Pengabdian. Program yang didanai ABPU Unilak ini mengusung pendekatan “learning by doing” dengan rasio 70% praktik dan 30% teori. Setiap peserta mendapat kesempatan hands-on menggunakan peralatan profesional seperti kamera Canon DSLR, Sony Mirrorless, dan Fujifilm, serta belajar teknik editing menggunakan aplikasi seperti Lightroom Mobile dan CapCut.
Yang membedakan program ini adalah keterlibatan Rizqa Harumanti, S.S., seorang content creator profesional yang membawa pengalaman industri langsung ke dalam pelatihan. “Kolaborasi akademisi-praktisi ini memberikan peserta tidak hanya teori, tapi juga tips praktis yang digunakan di dunia kerja nyata,” tambah Qori Islami Aris, S.S., M.Hum., anggota tim pengabdian.
Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan: rata-rata keterampilan praktis peserta naik 18,6 poin atau setara 30% dari kondisi awal. Aspek kualitas teknis dan konsistensi brand mengalami lonjakan tertinggi, masing-masing +24 dan +25 poin. Tingkat kepuasan peserta mencapai 92%.
“Konten media sosial sekolah kami sekarang jauh lebih profesional. Foto lebih tajam, video tidak goyang lagi, dan yang penting ada konsistensi visual branding,” ujar salah satu peserta program. Dampak nyata juga terlihat di media sosial SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru, di mana engagement followers meningkat dan kualitas konten terstandar. Program ini tidak berhenti sebagai kegiatan satu kali. Tim pengabdian akan menyiapkan modul pelatihan, brand guidelines, dan sistem mentoring internal yang melibatkan guru pendamping untuk memastikan keberlanjutan.
“Model kolaborasi ini dapat direplikasi oleh sekolah lain. Kami terbuka untuk berbagi pengalaman dan bahkan konsultasi bagi institusi pendidikan yang tertarik mengembangkan program serupa,” tutup Triono Dul Hakim, S.T., M.IP., anggota tim





