PEKANBARU,saturealita.com-Setiap tanggal 1 bulan Oktober setiap tahun berbagai golongan mulai dari instansi pemerintahan maupun masyarakat umum memperingatinya.
Salah satunya yang tergabung dalam wadah organisasi suku Jawa, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Generasi Muda (GM) Pujakusuma Provinsi Riau, mengucapkan Selamat Hari Kesaktian Pancasila.
Dengan tema “Pancasila perekat bangsa menuju Indonesia Raya”, peringatan ini menegaskan kembali bahwa Pancasila adalah fondasi kokoh bangsa Indonesia, sebagai dasar negara, pemersatu bangsa, serta arah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Mari kita junjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila, perkuat ketahanan nasional, dan bersama melangkah menuju Indonesia yang maju, berdaulat, adil, dan sejahtera”, ungkap Ketua DPW GM Pujakusuma Riau, Fuad Santoso SH, MH, Rabu, (2/10/25) kepada media online ini.
Dikatakan Fuad, dalam kutipan Kompas, Penetapan ini merujuk pada Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto tanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966)
Keputusan tersebut mewajibkan peringatan dilakukan oleh seluruh pasukan Angkatan Darat dengan melibatkan matra lainnya serta masyarakat. Upacara pertama Hari Kesaktian Pancasila digelar di Lubang Buaya, Jakarta, pada 1 Oktober 1966, setahun setelah peristiwa kelam Gerakan 30 September (G30S).
Kenapa Disebut “Sakti”? Kata “Sakti” pada Hari Kesaktian Pancasila tidak merujuk pada sesuatu yang magis atau supranatural. Maknanya adalah bahwa Pancasila terbukti memiliki kekuatan, ketangguhan, dan daya tahan sebagai ideologi negara.
Peristiwa G30S 1965, yang menewaskan enam jenderal dan satu perwira Angkatan Darat, dianggap sebagai ujian terbesar bagi eksistensi Pancasila. Meski ada upaya untuk menggantinya dengan ideologi lain, usaha tersebut gagal.
Fakta ini menegaskan bahwa Pancasila tidak tergoyahkan dan tetap menjadi dasar negara Indonesia.
Latar Belakang Sejarah Tragedi G30S terjadi pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965. Tujuh perwira TNI AD menjadi korban penculikan dan pembunuhan, yakni: Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswodiharjo, Lettu Pierre A. Tendean. Ketujuh korban kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia.
Pada masa itu, PKI dituding berada di balik G30S dan disebut ingin mengganti ideologi negara dengan komunisme. Namun, tudingan tersebut sempat dibantah oleh pimpinan PKI, D.N. Aidit.
Meski demikian, pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto secara resmi menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila, untuk mengenang kegagalan gerakan tersebut serta menghormati para korban.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila memiliki sejumlah makna penting, antara lain menghormati jasa para pahlawan yang gugur, mengingat kembali perjuangan mempertahankan Pancasila, menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, serta meneguhkan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang tidak tergantikan. Dengan demikian, sebutan “Sakti” menegaskan bahwa Pancasila mampu bertahan menghadapi ancaman besar dan tetap menjadi perekat bangsa Indonesia hingga saat ini. ***