Diduga Tolak Pasien Miskin Hingga Meninggal Dunia, Ini Kata Kordinator BEM Se-Riau

oleh -
oleh
Foto ist

PEKANBARU, Saturealita.com Koordinator Pusat BEM Se-Riau yang juga menjabat Presiden Mahasiswa Unilak, Jimmy Saputra Nasution mengecam keras pihak RSUD Arifin Ahmad, atas tindakan penolakan pasien miskin pengidap penyakit kanker stadium 4.

Tindakan penolakan pihak RSUD Arifin Ahmad ini jelas perbuatan yang tidak manusiawi. Karena mengabaikan prinsip prinsip rasa kemanusiaan. Sementara hasil dari pemeriksaan salah satu lab swasta atas rujukan RS Ibnu Sina, ditetapkan pasien yang bernama Cipto Harjono (48) warga Rumbai mengalami penyakit kanker dengan stadium 4.

“Namun anehnya, saat pasien dibawa ke RSUD Arifin Ahmad, kenapa petugas mengatakan pasien ini memiliki kondisi kesehatan bagus dan baik-baik saja. Sehingga pihak IGD RSUD tidak mau untuk melakukan perawatan, karena kondisinya dianggap bagus,” kata Jimmy saat mendengar Video percakapan antara pihak RS dengan keluarga pasien, Kamis (16/6/2022).

Berdasarkan Video yang diterima, pihak rumah sakit melontarkan alasan klasik yaitu ruangan penuh. Padahal jika benar kamar penuh, untuk sementara waktu tentunya pihak RS Arifin Ahmad bisa saja merawatnya di ruangan IGD terlebih dahulu sampai ada kamar perawatan yang kosong. Karena penyakit korban itu harus mendapat penanganan medis, secepatnya karena kanker yang dialami diduga sudah memasuki stadium 4.

“Sementara untuk dirawat IGD, pihak RS Arifin Ahmad pun menolak dengan alasan bed tidur di IGD untuk pasien lain yang entah dimana rimbanya, dan sementara pasien di depan mata yang sudah sakit serius malah ditolak,” tegas Jimmy.

Dikatakan Jimmy, diduga sengaja tidak melakukan tindakan medis lanjutan kepada korban mungkin dikarenakan korban tidak sanggup bayar biaya medis. Karena untuk biaya periksa darah dan ronsen itu dikenakan biaya Rp1.800.000 yang masih berhutang dimana KTP istri pasien ditolak sebagai jaminan.

Yang patut dipertanyakan, kenapa hasil pemeriksaan di RSUD Arifin Ahmad kondisi pasien dinyatakan baik baik saja. Padahal pasien membawa hasil lab dari laboratorium swasta hasilnya kanker.

Apakah sumber daya manusia (sdm) yang di miliki tidak mempuyai kualitas alat medis atau diduga pihak RS mengetahui kondisi pasien sebenarnya pada saat itu.

Cuma karena miskin dan diyakini tidak sanggup untuk membayar biaya medis, sehingga petugas RS sengaja menutupi penyakit sebenarnya dan mengatakan pasien itu baik baik saja dan boleh pulang.

“Hal ini yang harus diklarifikasi pihak RSUD Arifin Ahmad, diharapkan transparan. Sebab kami menduga karna pasien untuk periksa darah dan ronsen saja harus menggadaikan KTP-nya,” ujar Jimmy.

Lebih lanjut, perlu disadari bahwa menajemen RSUD Arifin Ahmad sebagai RS milik pemerintah, bahwasanya mereka itu merupakan refresentasi negara. Tidak selalu bicara bisnis untung dan rugi mereka juga harus menunjukkan sisi humanis, agar tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dirinya mengingatkan, tentu dengan kejadian memilukan dan mengusik rasa kemanusiaan, diharapkan Gubernur Riau harus bersikap tegas untuk mengevalusi pimpinan RSUD tersebut.

Agar tidak terulang kembali, Gubernur Riau harus selektif mencari pembantunya dalam pelaksanaan pelayanan birokrasi pemerintahan. Apabila pelayanan terkesan tidak baik, di khawatirkan publik akan menyudutkan gubri, padahal di level bawahan yang tidak bisa menjabarkan Visi misi Gubri dengan baik.

“Beruntung RSUD salah satu tempat yang tidak boleh di demo. Seandainya tempat itu dibolehkan untuk di demo, tentu kami pastikan akan mengelar aksi disana. Namun kami akan koordinasikan dengan kawan-kawan lainnya untuk menggelar aksi di Kantor Gubernur Riau kedepannya agar gubernur bisa mengevaluasi pejabat di RSUD tersebut. Dan pegawai di RSUD juga perlu ditanamkan jiwa kemanusiaan, agar penolakan-penolakan seperti ini tidak terulang lagi, meskipun hal seperti ini bukan hal yang baru lagi terdengar di telinga masyarakat,” jelas Jimmy.

Seperti diberitakan media nadariau.com dengan judul “Seorang Pasien Diduga Ditolak di RSUD Arifin Ahmad Meninggal di RS Madani”.

Sesampai di RS Madani, pasien dipasang alat inkubator, oksigen dan kelengkapan peralatan penyelamatan lainnya. Namun karena atas kehendak yang maha kuasa, pada malam hari pasien tersebut akhirnya meninggal dunia.

Hal ini pun dibantah Humas RSUD Arifin Achmad, Irham melalui Bidang Medik Teungku Lya, bahwasannya mereka mengklaim pasien tersebut telah dilakukan pertolongan pertama pada tingkat medis, ini dibuktikan dengan dokumen rekam medis yang ditunjukkannya saat konfrensi pers dengan awak media .

Ketika awak media ingin melihat bukti tersebut mereka tidak mengijinkan dikarenakan merupakan rahasia riwayat pasien serta di lindungin dengan peraturan perundang undangan yang ada, pungkasnya. (***/Ari)