Gemas: Jerebu Masa Lalu Datang Lagi

oleh -303 views
aksi teaterikal ‘Jerebu Masa Lalu’ bertempat Tugu Zapin Pekanbaru bersamaan Car Free Day (CFD).

PEKANBARU,Saturealita.com– Koalisi Masyarakat sipil, Mahasiswa, dan Seniman Riau yang tergabung dalam Gerakan Menolak ASap (Gemas)

Komponen tersebut, melakukan aksi dengan membentangkan sepanduk
sepanjang 80 meter bertuliskan ‘Riau Bebas Asap 2023’ serta aksi teaterikal ‘Jerebu Masa Lalu’ bertempat Tugu Zapin Pekanbaru bersamaan Car Free Day (CFD).

Koordinator Aksi Veri

“Aksi ini untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau agar segera menjalan kebijakan yang sudah ada yaitu Perda Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan,” kata Veri Syardianta, Koodinator aksi, Ahad pagi (28/5/2023) kemarin.

Pada 15 Februari 2023 Gubernur Riau menetapkan status siaga darurat karhutla dengan Nomor: KPTS/191/11/2023 hingga 30 November 2023.

Penetapan status siaga darurat itu menurut Syamsuar berdasarkan arahan Presiden dan Menkopolhukam serta perkiraan BMKG terkait adanya fenomena El Nino 2023.

Tanda-tanda El Nino di Riau dibuktikan dengan karhutla yang terjadi di Dumai dan Bengkalis sejak 18 April sampai 10 Mei 2023. Berdasarkan data BPBD Riau, sejak Januari hingga Mei 2023, lahan terbakar
di Riau mencapai 430,46 hektare.

Dari total luasan lahan terbakar, Kabupaten Bengkalis paling banyak terbakar yakni seluas 175,46 ha, kemudian disusul Kota Dumai seluas 98,97 ha, Kabupaten Inhil 43,50 ha, Pelalawan 31,18 ha, Rohil 38 ha, Siak 13,95 ha, Kota Pekanbaru 10,18 ha, Meranti 9,75 ha, Kampar 7 ha, dan Inhu 2,15 ha.

Catatan Jikalahari El Nino 2015 dan 2019 menghanguskan lahan seluas lebih 150 ribu hektar, lebih 400 kaumibu terpapar penyakit ISPA, 8 orang meninggal, dan lebih 70 triliun kerugian negara.

“Karhutla ini terjadi karena Gubernur Riau Syamsuar lamban menjalankan Perda Nomor 1 Tahun 2019, salah satunya melakukan pemantauan di areal yang rawan terjadi karhutla,” sebut Veri kembali.

Aksi di buka dengan penampilan musik, teaterikal dengan tema “Jerebu Masa Lalu” di iringi dengan pembuatan grafity di tugu zapin yang di balut dengan plastik.
Penampilan seni ini menggambarkan
situasi dimana kebakaran hutan terjadi pada 2015 dan 2019.

“Makna dari perpaduan musik, teaterikal, dan grafity ini mengartikan sebatang pohon bisa kusulap jadi seribu batang ‘korek api’ tapi sebatang ‘korek api’ bisa memusnahkan berjuta-juta pohon,” lantun
Beni Riaw, salah seorang Seniman Riau.

Salah satu peserta aksi menyampaikan pesan kepada masyarakat, khususnya anak muda Riau mengambil bagian dalam tuntutan Riau Bebas Asap 2023.

Saling bersolidaritas dan membangun gerakan bersama memaksa pemerintah melaksanakan kewajibannya memenuhi hak dasar anak muda dan generasi
berikutnya atas lingkungan yang baik dan sehat.

“Kita generasi saat ini memiliki tanggungjawab mewariskan lingkungan yang baik dan sehat bagi generasi
selanjutnya. Hal ini merupakan kewajiban kita mewujudkan keadilan antargenerasi. Tanpa desakan dan tuntuan anak muda, hal ini tidak akan pernah terwujud,” kata Hafiz, Ketua Mapala Humendala.

Selain itu, massa aksi membentang kain putih mengelilingi tugu zapin sepanjang 80 meter dengan tulisan ‘Riau Bebas Asap 2023’. Masa aksi yang hadir sebanyak 100 orang, saat aksi juga disampaikan
maklumat perlawanan yang berisi sebagai berikut:

Kembali Berkumpul Melawan Polusi Asap
Hari ini, semua masyarakat sebagai korban polusi asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan milik korporasi dan cukong.

Setelah peristiwa mematikan karhutla 2015 dan 2019, kini Elnino atau kemarau panjang kembali melanda Propinsi Riau sepanjang 2023. Mengerikan membayangkan kembali kematian, derita dan penyakit ISPA atau sesak napas gegara menghirup asap.

Hari ini, kita, korban polusi asap kembali berkumpul di tugu zapin, di depan kantor Gubernur Riau, hendak menyatakan perlawanan kepada para pembesar negeri yang membiarkan korporasi dan
cukong terus membakar hutan dan lahan bahkan membakar negeri demi keuntungan ekonomi semata-mata demi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Juga, menyatakan perlawanan kepada lembaga jasa keuangan terutama perbankan, yang terus menerus menggunakan dana rakyat yang disimpan di bank untuk diberikan kepada pembakar hutan dan lahan.

Perlawanan ini, demi anak-anak generasi penerus bangsa agar hidup mereka di masa depan tanpa polusi asap, tanpa lingkungan tercemar, tanpa hutan dirusak.

Salam Gerakan Menolak ASap (Gemas)
Karhutla Jikalahari, WALHI Riau, Perkumpulan Elang, Senarai, Begawai Institut, Mapala Suluh, Mapala Humendala, Pondok Belantara, Bahana Mahasiswa, Mapedalhi Mappsy dan Masyarakat Riau. (***)