LAMR Sambut Rencana Menebalkan Mulok Di Bandara SSK II

oleh -81 views
oleh

PEKANBARU,saturealita.com-Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) menyambut baik rencana menebalkan muatan lokal (Mulok) Melayu Riau di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (Bandara SSK II) Pekanbaru.

Lembaga ini akan memberi saran baik diminta atau tidak diminta untuk mewujudkan rencana tersebut karena merupakan bagian kegiatan LAMR itu sendiri berdasarkan amanah nasional dan daerah, bahkan kemanusiaan secara luas.

Hal tersebut muncul dalam kunjungan General Manager II Angkasapura SSK II Radityo Ari Purwoko yang didampingi stafnya ke LAMR Prov Riau, Jalan Diponegoro, Senin (3/2)25).

Mereka diterima Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil didampingi sejumlah pengurus seperti Dt Tarlaili, Dt Fadli, Dt Syaiful Anuar, dan Dt Toni Widiastono.

Menurut Radityo Ari Purwoko, pihaknya berkeinginan, sekali lihat saja, SSK II langsung memperlihatkan sisi Melayu Riau.

“Begitu turun dari pesawat, kesan Melayu Riau langsung menyapa mata orang, begitu juga dengan bunyinya, bahkan aromanya. Hidung kita misalnya, langsung mencium satu bau sebagai aroma Arab ketika berada di tanah Arab, lalu aroma Melayu Riau di tanah Riau, bagaimana? ” kata Radityo Ari Purwoko, akrab disapa Oki.

Pihak SSK II telah mengancang-ancang desainer ternama untuk menggarapnya. Tapi bukan mereka yang mendikte konsep dan wujud desainnya, tetapi Melayu Riau itu sendiri antara lain lewat LAMR. Diperlukan diskusi-diskusi intensif untuk itu mulai tahun sekarang yang diharapkan dapat terealisasi tahun 2026.

Dalam kesempatan itu, Datuk Seri Taufik menjelaskan dinamika peradaban Melayu Riau yang membentuk wujud seni bina sekaligus ornamen Melayu Riau. Hal ini kemudian dikonkritkan Dt Syaiful dengan menjelaskan kepedulian ruang ornamen dan perlambang (ikon) Melayu Riau.

Peneliti budaya itu mencontohkan penggunaan suatu motif mungkin hanya cocok di suatu tempat, tidak di bidang lain. Motif kelok pakis misalnya, senantiasa dipakai di tempat yang berkaitan langsung dengan adat, tapi tidak di tempat umum. Begitu pula penggunaan warna, hijau yang menyarankan kesuburan dan kerakyatan, sedangkan kuning untuk kedaulatan maupun keagungan. (***/rilis)