PEKANBARU, (saturealita.com) – Suasana Kampung Bandar terasa berbeda ketika seniman teater Riau, Junaidi Alwi, tampil dalam monolog Sigubah Gabih pada Sabtu malam (8/2/2025). Pertunjukan yang berlangsung di halaman Rumah Tuan Kadi ini menjadi bagian dari acara Jelang Kenduri Kampung Bandar Senapelan , yang digagas oleh tokoh masyarakat dan beberapa komunitas seni di Pekanbaru.
Sebagai tokoh teater, Junaidi yang hampir menginjak usia 60 tahun tetap aktif membina generasi muda. Ia terus mengajarkan seni peran di berbagai sekolah dan komunitas teater. Kali ini ia berkesempatan tampil di tanah kelahirannya yang semakin membangkitkan semangatnya.
“Saya sangat senang mendapat kesempatan ini. Ini pertama kalinya saya tampil di tanah kelahiran saya,” ujar Junaidi usai pertunjukan.
Monolog Penuh Emosi dan Kejutan
Dalam Sigubah Gabih , Junaidi menghadirkan kisah dua sahabat, Jang Kamput dan Gubah Gabih, yang terpisah oleh waktu dan keadaan. Gubah Gabih, seorang anak yatim piatu yang diasuh keluarga Batin Senapelan, menghadapi berbagai cobaan, mulai dari kehilangan orang tua hingga jatuh bangun dalam bisnis dan rumah tangganya.
Jang Kamput, sahabat setianya, meskipun sering mabuk dan berurusan dengan hukum, tetap mendukung Gubah Gabih. Lalu konflik semakin memuncak ketika Gubah Gabih bertikai dengan anak tirinya hingga rumah tangganya hancur. Hal itu membuat ia depresi dan hampir menjadikannya nekat mengakhiri hidup, tetapi Jang Kamput berhasil mencegahnya.
Puncak cerita semakin dramatis saat Gubah Gabih bekerja di kapal dan menghilang selama 30 tahun. Jang Kamput terus menunggu sahabatnya di dermaga, berharap ia kembali. Pada adegan penutup yang semakin menggetarkan hati penonton ketika Jang Kamput meminta mereka menyebarkan info pencarian Gobah Gabih melalui media sosial.
Tepuk Tangan Meriah dan Pujian Mengalir
Penampilan luar biasa Junaidi Alwi mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat, seniman, dan jurnalis yang hadir, termasuk Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dengan monolognya yang kuat, emosional, dan penuh makna membuktikan bahwa teater tetap memiliki tempat di hati masyarakat.
“Karya ini lahir berkat dukungan luar biasa dari kawan-kawan seniman seperti Sendy Alpagari, yang membantu membangun cerita ini, serta Suharyoto, Fedli Aziz, Aamesa Aryana, Aditya, dan lainnya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka semua,” ungkap Junaidi.
Acara Jelang Kenduri Kampung Bandar Senapelan terus menjadi wadah bagi seniman lokal untuk menampilkan kreativitas mereka sekaligus menyuburkan budaya Pekanbaru.
Dengan penampilannya yang begitu mendalam, Junaidi Alwi kembali membuktikan bahwa panggung teater adalah dunianya, dan napas seni yang selalu ia hidupkan. (***/s.topan)