PEKANBARU,saturealita.com-Warga Desa Pandau Jaya diduga digegerkan dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dugaan ini, lebih kurang dalam kurun waktu satu bulan lamanya dan beberapa warga mengeluhkan kurangnya ada perhatian dari pihak desa terkait.
Beberapa warga mengaku sudah ada yang dirawat di rumah sakit, namun belum ada langkah sigap dari pemerintah desa untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Menurut Pian, seorang warga RT03 RW16, sudah ada beberapa tetangganya yang jatuh sakit dengan gejala demam tinggi.
“Ini sudah bukan satu atau dua orang lagi yang sakit, tapi sudah lumayan banyak. Kami sudah lapor ke perangkat desa, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut. Tidak ada penyuluhan, tidak ada fogging,” ujarnya dengan nada kecewa.
Warga merasa tidak ada tindakan maupun sosialisasi mengenai pencegahan DBD. Padahal, saat ini, musim hujan, tentunya nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah sangat mudah berkembang biak.
“Kami hanya tahu sebatas Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mandiri. Seharusnya ada inisiatif dari desa untuk menggerakkan gotong royong massal atau setidaknya memberikan edukasi yang lebih intensif,” tambahnya.
Kondisi ini membuat warga khawatir, terutama bagi anak-anak dan lansia yang lebih rentan terinfeksi. “Kalau begini terus, kami takut kasusnya makin banyak. Apa harus menunggu ada korban jiwa dulu baru pemerintah desa turun tangan?” tanya beberapa warga dengan nada prihatin.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak kepala desa maupun perangkat desa terkait keluhan warga ini.
Warga berharap, pemerintah desa bisa segera mengambil tindakan nyata, seperti melakukan fogging area rawan maupun mengedukasi masyarakat secara menyeluruh tentang pentingnya Menguras, Menutup, Mendaur ulang, dan tindakan pencegahan lainnya (3M Plus), agar kasus DBD tidak meluas.
Penyebab dan Dampak Kurangnya Sosialisasi
Kurangnya sosialisasi dari pihak desa diyakini menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya kasus DBD.
Banyak warga, terutama di daerah yang padat penduduk, tidak memahami secara detail cara-cara efektif mencegah nyamuk bersarang.
“Kami butuh informasi lebih dari sekadar menguras bak mandi. Misalnya, cara mengelola barang bekas agar tidak jadi tempat genangan air, atau bagaimana mengenali gejala awal DBD agar bisa cepat ditangani,” jelas seorang ibu rumah tangga, yang bernama Eva.
Dampak dari situasi ini tidak hanya dirasakan penderita dan keluarga, tetapi juga membebani fasilitas kesehatan setempat.
Beberapa Puskesmas desa Pandau Jaya melaporkan adanya peningkatan kunjungan pasien dengan gejala mirip DBD.
Petugas kesehatan seorang perawat di puskesmas, mengatakan, “Kami sudah menerima beberapa pasien dari Desa Pandau Jaya. Sebagian besar dalam kondisi demam tinggi dan lemas”, ujarnya yang tak mau disebutkan namanya. */Dragon