PEKANBARU,Saturealita.com–Wadah diskusi para seniman kembali diresahkan . Sebab, dalam pemikiran dan pengamatan terkesan sudah mati.
Demikian dikatakan Kurator Seni Rupa Nasional dari Riau, Emmy Kadir saat menceritakan keluh kesahnya, Selasa, (21/2/2023) dilaman Anjungan Indrus Tintin Bandar Serai Eks MTQ Pekanbaru.
“Kini wadah diskusi kita sudah mati dan kerinduan kami saat ini, ingin kembali lagi seperti dahulu, berbagai seniman dapat berkumpul dan berdiskusi,” ungkap Emmy prihatin.
Dalam penjelasan Emmy, dahulu Taman Budaya dibawah Dinas Kebudayaan Seni dan Pariwisata (Disbudsenipar) begitu hidup dan bergairah dalam berbagai kegiatan seni.
Saat ini, lihat saja Taman Budaya yang sekarang dikelola oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Riau, seperti ruang senyap dan gersang tanpa ada aktivitas seniman.
“Sesuai pengamatan saya, Taman Budaya yang dulu para seniman duduk bersama dibawah pohon rindang berbicara tentang progam, kini tinggal bayangan kerinduan semata. Miris berbaur sedih saat saya melintas terpandang halaman-halaman yang pernah tempat berdiskusi itu,” jelas mantan Kepala Bidang (Kabid) Nilai Budaya tahun 2015 delapan tahun silam.
Dari ungkapan miris bercampur sedih ini, ada upaya untuk membangkitkan kembali suasana-suasana tempo dulu dengan berkoordinasi dengan Kepala Disbud yang dipimpin Raja Yoserizal Zen, akrab dipanggil Tuk Yos, namun sampai setakat ini, belum ada kesempatan bahkan tak ade respon positif berkabar dengan via alat digital telepon seluler melalui WhatsApp.
Namun, keinginan terus berusaha, dirinya tetap berusaha untuk berkomunikasi dengan para seniman baik senior maupun generasi muda, untuk mengajak kembali kekuatan seniman mengembalikan suasan wadah seniman hidup kembali.
“Saya katakan, untuk menghidupkan kembali wadah ini, akan mengajak para seniman baik senior maupun generasi muda untuk bersama-sama membakitkan kerinduan ini,” jelasnya.
Terkait dukungan nantinya tentu tak terlepas dari kebijakkan kepala daerah dalam hal ini, Gubernur Riau untuk merekomendasikan kepada Kadisbud Riau itu sendiri.
“Harapan besar kami, keluh kesah dapat didengar oleh pemegang kebijakan daerah dengan berbagai pemikiran positif dengan satu tujuan wadah ini, kembali lagi,” tutupnya. (***)