Dunia Olahraga Riau, Lanjut Tau Mati

oleh
oleh

Oleh : Heryanto Pemerhati Olahraga

“Dunia olahraga akan mati, jika sistem pengelolaan tidak lahir dari mata batin yang penuh kasih sayang”

Ulasan ini, disampaikan salah seorang pemerhati olahraga Heryanto sejak dulu hingga sekarang terus mengamati jalannya progam olahraga khusus daerah Provinsi Riau pada umumnya.

Saat berbincang santai, Heryanto yang pernah menjadi salah satu pengurus cabang olahraga (cabor) Volly Ball Riau menilai sangat miris terkait dengan perkembangan keolahragaan saat ini.

“Iya saat ini, saya prihatin dengan apa yang dilihatnya dari kasat mata seolah perkembangan keolahragaan jauh dari perhatian semua pihak”, ungkap Kamis, (16/10/25) kepada media online ini.

Penjelasan yang sangat signifikan, cabor yang tumbuh “penuh kepentingan politik”. Penyebab dari itu semua sesuai dengan pengamatannya pertumbuhan keolahragaan tidak fokus apa yang menjadi tujuan utamanya.

Sehingga, boleh dirasakan dan dilihat semua cabor mengalami penurunan dan bahkan orientasi pembinaan atlet tidak pada porsinya.

“Kalau kita bertanya, kesalahan siapa sehingga fenomena keolahragaan hanya berpusat sektor orang tertentu saja dan pembinaan tidak merata hingga kepelosok daerah”, terang pria yang sudah bertungku lumus dalam berbagai organisasi dibumi lancang kuning ini.

Lebih lanjut, dirinya membuka sedikit sejarah disaat awal mengeluti dunia olahraga, banyak sosok yang berperan dalam pengembangan cabor sehingga boleh dirasakan tumbuh berkembang para atlet hingga kepelosok daerah.

Sekarang ini, hanya tinggal cerita masa lampau pada zamannya, maka tidak heran kalau saat ini, atlet terbaik dan menjadi kebanggaan hengkang dalam satu tujuan mencari wilayah yang bisa menjadi jaminan dalam kelangsungan untuk pengembangan bakatnya.

Sebuah kritik dan Masukan

Melihat perhatian keolahragaan saat masa kepemimpinan H. Rusli Zainal sebagai Gubernur Riau pada masanya, boleh dinafiskan perhatian olahraga terlihat dengan jelas, bahkan berusaha Riau menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 2012, 13 tahun silam.

Dengan upaya beliau, patut menjadi contoh untuk saat ini, dengan landasan terbangunlah wadah atau vienuw seluruh cabor dan seharusnya saat ini, bisa menjadi wadah pembinaan olahraga.

Tapi kenyataannya, vienuw tidak semua bisa dijadikan pembinaan olahraga bagi atlet yang berprestasi.

“Saya rasa, hal ini sudah selayaknya untuk menjadi perhatian semua pihak yang terkait untuk mengubah dan mengembalikannya dengan satu tujuan pembinaan olahraga dapat berjalan sebagaimana mestinya”, harapnya, sembari mengatakan, kalau mau diurut lebih dalam masih banyak yang harus dibenahi khusus untuk kemajuan para atlet kedepannya, salam olahraga, Jaya… Jaya.. Jaya. ***