PEKANBARU, (saturealita.com) – Jaringan Teater Riau (JTR) menyelenggarakan ajang akbar Pesta Teater Riau yang berhasil menarik perhatian publik seni di penghujung tahun 2024. Acara yang berlangsung di Lapangan Bandar Serai (purna MTQ), Pekanbaru, ini menunjukkan bahwa antusiasme terhadap teater di Riau masih tinggi, terutama di kalangan generasi muda.
Tak hanya itu, semangat dan antusiasme para pelaku teater semakin nyata terlihat melalui partisipasi 23 sanggar teater dari berbagai daerah di Riau dalam acara yang berlangsung selama tiga hari, dari 27 hingga 29 Desember.
Menjelang puncak acara, pada malam Ahad (29/12/2024), penampilan yang paling mencuri perhatian hadir melalui karya teater berjudul Batin Nan Mambatin dari STUPA Teater Nusantara.
Di bawah Arahan sutradara berbakat, Sendy Alpagari, pertunjukan ini berhasil menggugah kesadaran penonton dengan mengangkat isu lingkungan dan sosial yang menjadi tantangan bagi masyarakat perbatinan di Riau.
Refleksi Konflik Lingkungan dan Sosial Melalui Simbolisme Artistik
Melalui karya Batin Nan Mambatin , penonton dapat menyaksikan gambaran nyata tentang ancaman terhadap keseimbangan sosial dan lingkungan akibat ekspansi oligarki yang mengubah hutan menjadi lahan perkebunan.
Selanjutnya, Sendy Alpagari mengemas narasi kritis tersebut dengan pendekatan simbolis yang artistik.
Ia memanfaatkan musik digital, set dekorasi, dan gerak aktor untuk melambangkan ketegangan antara kekuatan kapitalis dan ketidakadilan yang menimpa masyarakat adat.

Di antara elemen-elemen simbolis yang ditampilkan, salah satunya muncul melalui kehadiran aktor yang berperan sebagai robot, menggambarkan kapitalisme yang dingin dan mekanistik.
Sementara itu, dua aktor lainnya memerankan sosok batin masyarakat yang tertindas, dan seorang lagi tampil dengan kostum seperti aktivis yang menyuarakan penderitaan.
Dengan demikian, keseluruhan elemen ini dipadukan dalam pertunjukan yang menyentuh dan penuh makna.
Semangat Aktivisme dalam Karya Seni
Dalam sesi wawancara, Sendy Alpagari menyatakan bahwa pengalaman empirisnya dalam aktivisme lingkungan telah menginspirasi karya tersebut.
“Meskipun prosesnya sangat singkat, saya ingin kembali mengangkat isu darurat yang menimpa masyarakat,” ungkapnya.
Sebagai seniman yang aktif menyuarakan isu lingkungan, Sendy juga dikenal melalui karya monolog berjudul AMPO yang ia tampilkan pada tahun 2023 dan sempat viral di media sosial.
Ia menambahkan, “Selain isu lingkungan, saya juga berupaya mengajak penonton mengenal sejarah dan budaya. Dalam setiap karya, saya selalu menekankan nilai sosial, sejarah, dan budaya.”

Harapan untuk Masa Depan Teater Riau
Menutup rangkaian acara, ketua JTR, Aditya, memimpin sesi diskusi yang menghangatkan suasana. Dalam dialog tersebut, ia menyampaikan optimisme dan harapan agar Pesta Teater Riau dapat menjadi tradisi tahunan.
“Kami berkomitmen untuk menyelenggarakan Pesta Teater Riau setiap tahun dan membuka kemungkinan agar kegiatan ini juga berlangsung di kabupaten atau kota lain, sesuai kesiapan koordinator daerah,” jelasnya.
Lebih jauh lagi, Adit menekankan bahwa kekuatan kolektif komunitas teater di Riau luar biasa. Tanpa bantuan anggaran dari pemerintah, JTR berhasil mengorganisir acara ini secara swadaya, menunjukkan semangat gotong royong yang tinggi.
Sebagai penutup, dengan semangat kolaborasi dan kreativitas, Pesta Teater Riau 2024 tidak hanya menghadirkan pementasan, tetapi juga menyediakan ruang refleksi bagi masyarakat untuk membahas isu-isu besar yang menantang sekaligus menjalin silaturahim antar pekerja teater di Riau.
Kehadiran STUPA Teater Nusantara melalui karya Batin Nan Mambatin menginspirasi bahwa seni dapat menjadi media kritik sosial sekaligus pengingat akan tanggung jawab kita terhadap lingkungan dan budaya. (***/s.topan)