Kapal dagang, menuju pulau Membawa niaga, di dalam peti Kami datang, dari Provinsi Riau Menjulang budaya, khasanah negeri

by -2,584 views

Oleh Isrok Koordinator Pawai

PEKANBARU Saturealita.com- Provinsi Riau ditempati oleh berbagai suku, etnis dan agama yang didominasi Suku Melayu selalu terbuka untuk siapa saja, perbedaan ini merupakan sebuah perpaduan yang harmonis
mempersatukan berbagai suku bangsa, etnis dan agama terbingkai dalam negara kesatuan Republik Indonesia hal ini tergambar dari formasi dan warna pada pawai budaya ini.

Barisan terdepan Bendera Merah Putih berdampingan dengan lambang Riau yang melambangkan bahwa Provinsi Riau direkat erat dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kemudian disusul dengan pembawa bunga manggar yang berwarna-warni melambangkan bahwa perbedaan tetap terbingkai dalam satu kesatuan, disusul pembawa umbul-umbul/ancak yang terdiri dari tiga warna merah, kuning dan hijau melambangkan keberanian, kewibawaan atau kekuasaan dan kesuburan, warna-warna ini juga menandakan identitas masyarakat Melayu Riau yang terdiri dari berbagai profesi, penguasa/raja/para pembesar, pengusaha/pedagang, masyarakat awam lainnya.

Disusul dengan Tari Zapin. Di Bumi Lancang Kuning Provinsi Riau, Zapin sebati dengan jiwa putra-putri anak negeri. Sampai saat ini Zapin tetap hidup dan berkembang seolah tak terusik dengan maraknya budaya asing.

Tak heran banyak mata-mata yang tertuju pada provinsi Riau untuk
menimba ilmu tentang Zapin. Di Provinsi Riau terdapat beberapa Tari Zapin yang sudah mendapat
pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Diantaranya, Zapin Meskom yang berasal dari Desa Meskom Kabupaten Bengkalis yang ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2017, Zapin Api berasal dari Rupat Utara Kabupaten Bengkalis ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2017, dan Zapin Siak yang berasal dari Kabupaten Siak ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2019.

Pada Festival Budaya Melayu tanggal 29 November 2017 dilaksanakan Konvensi Zapin yang diikuti tokoh tari dari Riau, DKI Jakarta, NTB, Sumatera Utara, Jambi, Singapura dan Malaysia. Dalam Konvensi Zapin tersebut, seluruh peserta konvensi menyepakati Riau sebagai pusat pelestarian dan pengembangan Zapin Melayu, dikoordinir oleh Zapin Centre (Pusat Zapin).

Kesepakatan ini didukung
oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilmar Farid.
Hinggap didahan, si burung Merbah Berkicau merdu, mengusik hati hancur badan, berkalang tanah budaya melayu, tetap abadi. Untuk mobil hias, Provinsi Riau menampilkan pada bagian depan adalah maket Candi Muara Takus. Candi ini adalah sebuah situs candi Buddha yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia.

Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti
kapan situs candi ini didirikan. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya. Pada bagian belakang terdapat maket Istana Siak, Istana yang diberi nama Istana Asseryah Hasyimiyah ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim pada tahun 1889 yang mengadopsi keindahan arsitektur dua perdaban sekaligus, Eropa dan Timur Tengah. Saat ini istana berfungsi sebagai
museum dan sekaligus sebagai tempat wisata.

Candi Muara Takus dan Istana Siak Sri Indrapura merupakan ikon wisata di Provinsi Riau karena
mengandung nilai-nilai sejarah tentang peradaban dan kehidupan masyarakat Riau. Candi Muara
Takus dan Istana Siak tahun ini dusulkan lagi untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. (***)