PEKANBARU, Saturealita.com-“Dengan agama hidup jadi tertata, dengan ilmu hidup jadi mudah dan dengan seni hidup jadi indah”
Closing statement Ketua Paguyuban Kawulo Ngayogyakarta dan Sekitarnya (PKNS) Suro Abadi mendapat apresiasi dari seluruh perwakilan paguyuban yang hadir. Tepuk tangan yang diiringi musik tradisi Jawa menambah meriahnya helat HUT Ke-23 PKNS, Senin (28/2/2022) di Taman Rekreasi Alamayang, Pekanbaru.
Suro Abadi menuturkan, di hari jadi PKNS ini, pihaknya dan paguyuban Jawa bersepakat untuk “guyub” dan berkomitmen membangun Riau bersama-sama. Karena paguyuban itu sendiri bermakna “guyub” tanpa sekat-sekat yang memecah kebersamaan. Warga keturunan Jawa di Bumi Lancang Kuning sudah dimuliakan, diberi kehidupan oleh bumi Melayu Riau dan sudah sepantasnya ikut berkontribusi dalam mengembangkan Riau ke masa hadapan.
“Kita musti ‘guyub’ bersama-sama paguyuban yang lain di bumi Riau ini. Inilah tempat yang layak bagi kita dan inilah tanah tempat jasad kita dimakamkan,” ungkap, Suro Abadi berfilosofi.
Lebih jauh dipaparkannya, inilah pula saatnya yang tua-tua mengambil peran dalam membina generasi muda. Karena baginya, generasi muda saat ini nyaris tidak lagi mengenal tradisi, adat dan adab hidup yang diwariskan para leluhur. Jika yang tua-tua cuai, maka generasi muda terancam kehilangan jati diri dan perpecahan yang dikhawatirkan benar-benar bisa terjadi.

“Inilah tugas kita. Inilah cara yang harus segera kita wujudkan agar generasi muda sebagai penerus bangsa tetap bangga pada jati dirinya. Dalam waktu dekat, PKNS akan menggandeng semua paguyuban, bertemu dan berdiskusi untuk memulai gerakan kesadaran budaya untuk membekali generasi muda. Apalagi merekalah (generasi muda) yang akan menjadi pemimpin kelak,” katanya.

Sementara itu, Sekum PKNS Riyono Gede Trisoko menyebut, apa yang diungkapkan Ketua PKNS adalah benar. Apalagi, Sri Sultan Hamengkubuwono X telah berpesan atau perintah. “Kamu (orang Yogyakarta) harus jadikan budaya itu sebagai perekat dimanapun kamu berada”.
“Ini saatnya gerakan merestruktur kembali pemikiran kita tentang kebudayaan. Apalagi kaum mileneal telah memecah konsentrasi kita pada akar kebudayaan. Makanya, kita bertanggung jawab untuk mengembalikan budaya nenek moyang agar mereka memahami dimana kita berada,” ucap Mas Yono, sapaan akrab Riyono Gede Trisoko.

Hal senada diungkapkan Dr Santoso MSi, yang juga seorang dalang menyatakan, saat ini banyak pengaruh asing yang masuk ke Indonesia. Dalam kisah pewayangan yang dimainkannya, Dalang menyimbolkan raksasa yang datang dari luar sebagai sumber negatif. Pengaruh luar itu merusak pola pikir bahkan banyak pemimpin yang melenceng sehingga rakyat menjadi bingung. Kepada siapa mereka (rakyat) harus berpegang.
“Maka untuk kembali, maka kita harus mematenkan Pancasila untuk memperbaik bangsa ini,” tutupnya. (***)